Kamis, 24 Juli 2008

"WAKTU DAN KETAATAN"


""Hujjatul Islam Al-Gazali dalam bukunya Bidayatul Hidayah berkata "Tidak sepatutnya membiarkan waktu anda tidak teratur, sehingga setiap saat anda disibukkan dengan pekerjaan apa saja yang melintas secara kebetulan. Hendaknya anda selalu membuat perhitungan dengan diri sendiri, mengatur bacaan-bacaan wirid dan tugas-tugas anda di malam hari maupun di siang hari, dan menentukan pekerjaan apa yang harus anda kerjakan di tiap-tiap bagian waktu yang tak akan anda langgar atau mendahulukan sesuatu lainnya untuk menggantikannya. Dengan itu akan tampak berkahnya waktu""


Adapun orang yang menelantarkan dirinya tanpa tujuan, bagai binatang ternak dalam dalam kebingungan, tak tahu dengan apa menyibukkan dirinya itu disetiap saat, maka sebagian besar waktunya akan terbengkalai dan berlalu. Sedangkan waktumu adalah bagian dari menentu. umurmu, dan umurmu adalah modalmu paling utama serta tumpuan daganganmu. Dengan ini anda dapat mencapai kenikmatan abadi di sisi Allah SWT. Setiap tarikan nafasmu adalah permata yang tak ternilai harganya, tak ada sesuatu yang menggantikannya. Bila ia telah berlalu, tak mungkin akan kembali lagi. Karena itu, jangan menjadi seperti orang-orang dungu yang terkelabui, yang merasa gembira melihat pertambahan harta mereka setiap harinya sementara usianya semakin berkurang. Tak ada gunanya harta bertambah, sedangkan umur makin berkurang. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali merasa gembira kecuali dengan bertambahnya ilmu atau amal saleh. Keduanya adalah kawan-kawan yang paling setia, yang akan menemuimu di kuburanmu ketika anda ditinggalkan sendirian oleh keluarga, harta, putera dan kawan-kawan anda."


Kemudian Al-Gazali melanjutkan : "Ketahuilah bahwa malam dan siang itu sebanyak dua puluh empat jam, maka janganlah menggunakan untuk tidurmu di malam hari dan siang harimu lebih dari delapan jam saja. Sekiranya anda akan hidup selama enam puluh tahun misalnya, maka cukuplah anda kehilangan dua puluh tahun daripadanya, yakni sepertiga dari usia anda."

Dibagian lain, Al-Gazali rahimullah berkata : "Jika anda melakukannya (yakni mengingat-ingat mati), bersiap-siap untuknya dan sabar dalam ketaatan kepada Allah SWT, anda akan merasakan kegembiraan yang tiada taranya ketika menghadapi maut. Tapi jika anda menunda-nunda dan berlalai-lalai, maut akan mendatangimu pada waktu yang tidak disangka-sangka dan anda akan merasakan penyesalan yang tiada akhirnya. Ingatlah, orang-orang yang terus berjalan dimalam hari akan bergembira dipagi hari, sementara yang tidur akan menyesali akan keterlambatannya. Disaat maut menjelang, datanglah berita yang menyakinkan, dan di suatu saat, anda pasti akan mengetahui beritanya.

Demikian uraian yang dikutip dari buku Bidayatul Hidayah, yang berisi tentang uraian-uraian tentang bagaimana mengatur dan mengisi waktu dengan amal-amal ketaatan. Memang demikianlah keadaannya bagi mereka yang menyadari dengan tulus dan ingin menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang luhur. Hanya Allah SWT yang memberi taufik, tiada tuhan kecuali dia. Sungguh indah apa yang diucapkan seorang penyair :

""Bekali dirimu untuk perjalanan yang harus ditempuh
Kala manusia berkumpul di akhirat nanti
Inginkan menjadi temen perjalanan suatu kaum
Yang cukup berbekal sedang tak sesuatu kau miliki""

Dan penyair lainnya berkata :

""Kulihat kau menyimpang dari jalan lurus
Padahal mentari t'lah jauh meninggi
'kan kunasehati atau kuisyaratkan
Semoga bermanfaat satu dari keduanya
Bila gemerlap dunia yang kau dahulukan
Sungguh 'kan rugi di akhirat nanti.
Bila serupa saja semua tujuan
Manakah antara kita yang jahat dan baik laku ?
Membuai kita didalam palsu""

Rangkaian syair yang penuh berkah diatas adalah karya seorang penyair dari Yaman. Syair itu sangat digemari oleh Sayyidina Syekh Al-Qutb Al-Muhdar bin Abdurrahman. Demikian pula As-Syekh Al-Qudwah Fadhl bin Abdullah At-Tarimi As-Syihri, Semoga Allah merahmati dan melimpahkan manfaat keduanya dan dari hamba-hamba Allah para shalihin lainnya.

Dikutip dari Kitab Al-Fushulul Ilmiyyah Wal Ushulul Hikmiyyah
Karya Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad



Rabu, 23 Juli 2008

PENGERTIAN, KONSEP KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN


Pengertian mengenai kemiskinan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, dalam hal ini Sumodiningrat (1989) mengklasifikasikan kemiskinan menjadi lima jenis, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural, kemiskinan kronis, dan kemiskinan sementara. 1. Kemiskinan absolut adalah apabila tingkat pendapatan seseorang dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum (basic needs), antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk hidup dan bekerja.
2. Kemiskinan relatif adalah apabila seseorang yang mempunyai pendapatan di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan relatif ini erat kaitannya dengan masalah pembangunan yang sifatnya struktural, yakni kesenjangan akibat kebiijaksanaan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat.
3. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh acuan pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupannya meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.
4. Kemiskinan kronis adalah kemiskinan yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
(a). Kondisi sosial budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif
(b). Keterbatasan sumberdaya dan keterisolasian (yaitu daerah-daerah kritis sumberdaya alam dan daerah terpencil)
(c). Rendahnya taraf pendidikan dan derajat perawatan kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi pasar.
5. Kemiskinan sementara adalah kemiskinan yang terjadi akibat adanya :
(a). Perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi.
(b). Perubahan yang bersifat musiman seperti dijumpai pada kasus kemiskinan nelayan dan pertanian tanaman pangan.
(c). Bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.
Pengklasifikasian jenis-jenis kemiskinan seperti tersebut diatas bertujuan agar program-program pengentasan kemiskinan yang akan dilaksanakan dapat tepat sasaran dan efektif dalam penaggulanganya.
Untuk menyatakan suatu penduduk/keluarga termasuk miskin atau tidak biasanya diukur dengan memakai indikator yang dinamakan garis kemiskinan. Berdasarkan garis kemiskinan yang diprgunakan kemudian dapat dihitung jumlah penduduk miskin di suatu wilayah. Ada beberapa garis kemiskinan yang pernah dipakai di indonesia yang pertama kali adalah dikemukakan oleh Sayogyo (1977) yang menentukan garis kemiskinan berdasarkan ukuran pendapatan ekuivalen beras, yaitu suatu penduduk berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatannya dibawah 240 kg per kapita pertahun bagi di daerah pedesaan atau 360 kg per kapita pertahun bagi daerah perkotaan. Badan Pusat Statistik (BPS) memakai garis kemiskinan berdasarkan jumlah rupiah yang dikeluarkan atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang setara dengan 2100 kalori per kapita ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok minimum lainnya seperti sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, angkutan dan bahan bakar (BPS, 1999). Besarnya garis kemiskinan tersebut selalu dikoreksi setiap tahun disesuaikan dengan perkembangan tingkat harga kebutuhan pokok yang terjadi.
Kemiskinan dengan pengertian dan konsep yang lain dikemukakan oleh komite penanggulangan kemiskinan, dimana Strategi Nasional penanggulangan kemiskinan memandang kemiskinan sebagai "kondisi saat seseorang atau sekelompok orang laki-laki dan perempuan tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat". Dalam hal ini, tekanannya adalah pada kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan, bukan ketidakberdayaan ekonomi.